Menteri Pendidkan dan
Kebudayaan Anies Baswedan beberapa waktu lalu memimpin rapat untuk menentukan
model pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2015. Salah satu keputusannya adalah
bahwa Ujian Nasional yang akan dilaksanakan pada bulan April 2015 bukan sebagai
penentu kelulusan tetapi hanya untuk pemetaan saja.
Tata cara mempersiapkan
bahan Ujian Nasional sudah dibahas dalam sebuah peretemuan tertutup yang
diadakan Mendikbud dan pejabat dinas pendidikan Kabupaten/Kota tersebut.
Adapun nama baru untuk mengganti “Ujian Nasional” masih akan diumumkan
dalam waktu dekat.
Mendikbud sendiri dalam pertemuan tersebut menyampaikan bahwa hingga saat ini nama yang dipakai masih Ujian Nasional 2015, belum ada nama baru, seperti yang telah ramai dibicarakan saat ini yaitu sebagai pengganti Ujian Nasional (Unas) adalah Evaluasi Nasional (Enas)
Dipastikan oleh Mendikbud bahwa
format Ujian Nasional 2015 akan berubah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun
apakah namanya akan diganti dengan Evaluasi Nasional sampai saat ini belum bisa
dipastikan. Memang benar bahwa berita penggantian nama Ujian Nasional dengan
Evaluasi Nasional sudah beredar di masyarakan akan tetapi secara legal formal
belum ada hitam di atas putih. Juga dipastikan bahwa fungsi Ujian tahun 2015
nanti adalah sebagai pemetaan.
Adapun pemetaan seperti apa,
yaitu pemetaan tentang kompetensi siswa, kemapuan orangtua siswa, kemampuan sekolah,
kemampuan pemerintah mulai dari pemerintah kabupaten/kota sampai pemerintah
provinsi.
Pembahasan masalahan
logistik dikaitkan dengan jumlah siswa
peserta Ujian ternyata kondisinya sedang bermasalah, sehingga pemerintah
kabupaten/kota diminta untuk mengadakan verifikasi ulang untuk mendapatkan data
yang valid. Karena jumlah siswa peserta ujian akan berkaitan langsung dengan
kuota naskan ujian yang harus disediakan oleh pemerintah.
Di pihak lain Ketua PGRI
Sulistyo meminta kepada pemerintah agar pelaksanaan ujian nasional tahun ini
harus mengalami pembenahan. Hal ini
untuk menghindari tindak penyimpangan yang mungkin saja terjadi seperti
tahun-tahun sebelumnya misalnya kebocoran soal dan indikasi guru membantu siswa
menjawab soal ujian. Guru melakukan itu kartena tuntutan sekolah (Kepala
Sekolah) dan masyarakat.
Tungkat kelulusan yang
tinggi dapat mengangkat citra sekolah di mata masyarakat. Di sisi lain kepala sekolah
ditekan oleh kepala dinas pendidikan /bupati/wali kota agar meningkatkan persentase
kelulusan di sekolah masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar